NDBF TALK - Workshop "Thank You" Meditation Experience, Legacy of Suwarnadwipa Guru From Sriwijaya

Form Permintaan e-Certificate

Form ini hanya dibuka dari 30 menit sebelum acara sampai 2 Jam setelah acara

Form permintaan e-Certificate hanya dibuka 30 menit sebelum acara dimulai sampai dengan 2 jam setelah acara selesai

Harap login jika ingin mendapatkan e-Certificate

 5 Agustus 2022

 16.30 – 17.30 WIB

Deskripsi Acara

Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya telah memberi kita sebuah ajaran istimewa yang membuat pencari Dharma dari seluruh dunia berbondong-bondong datang ke Sumatra, termasuk guru besar dari India Atisha Dipamkara Srijnana yang kemudian dikenal luas sebagai tokoh reformasi Buddhisme Tibet. Guru Atisha adalah sosok yang berperan penting dalam membangun gelombang kedua perkembangan Buddhisme Tibet. Berdasarkan catatan sejarah, Guru Atisha pernah tinggal dan belajar selama 12 tahun (sekitar 1011-1023 Masehi) di Sriwijaya. Dalam buku Mimpi-Mimpi Pulau Emas yang ditulis dalam tiga bahasa, Guru Atisha tinggal bersama Guru Suwarnadwipa Dharmakirti di Istana Payung Perak (diperkirakan berlokasi di Candi Muaro Jambi) selama 12 tahun untuk belajar tentang Bodhicitta (batin pencerahan), sebuah tekad untuk menyempurnakan diri demi menolong semua makhluk yang dilandasi oleh welas asih dan cinta kasih universal tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, gender, dan bahkan spesies.

Meditasi “Terima Kasih”, atau “Tong Len” dalam bahasa Tibet, adalah salah satu metode yang diwariskan Guru Suwarnadwipa kepada Guru Atisha, kemudian dibawa oleh Guru Atisha ke Tibet dan berkembang di sana. Dalam meditasi ini, praktisi memvisualisasikan dirinya mengambil penderitaan orang lain dan memberikan kebahagiaan yang ia miliki kepada orang lain. Jika dilatih secara rutin, sikap egois akan berkurang dan cara pandang terhadap dunia akan berubah. Kedekatan dengan makhluk lain akan terjalin sehingga welas asih universal dapat tumbuh secara alami. Dari guru-guru besar Tibet, Meditasi Terima Kasih kemudian meluas hingga bisa kembali dipelajari di Indonesia sebagai bagian dari Buddhisme tradisi Lamrim. Jika dilacak sejarahnya, ungkapan “Terima Kasih” juga berasal dari bahasa Melayu yang dulu menjadi salah satu bahasa utama di Sriwijaya. Meditasi Terima Kasih sungguh merupakan salah satu intangible heritage bangsa Indonesia yang bermanfaat untuk dunia dan kemanusiaan.

Adapun manfaat dari latihan meditasi ini adalah:
– Mengurangi sikap egois dalam diri sehingga kita bisa memandang semua fenomena dengan lebih positif.
– Menciptakan energi positif.
– Mengembangkan cinta kasih dan welas asih universal.
– Meningkatkan kesabaran, suka cita, dan kebijaksanaan.

Tentang Pembicara

Johnson merupakan seorang profesional yang lahir di kota Medan. Beliau merupakan lulusan dari Institut Teknologi Bandung dan sempat menekuni sekolah bisnis di London Business School. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Johnson memulai perjalanan karirnya dengan menjadi corporate banking di CIMB Niaga dan melanjutkan karirnya di CIMB London. Karir lainnya adalah sebagai partner di Markapita Investment. Selama perjalanan sekolah dan karirnya, Beliau memiliki ketertarikan yang besar terkait health, wellness, dan spiritualisme. Ketertarikan Johnson tersebut mendorongnya untuk merintis perusahaan sendiri sebagai co-founder Ayurjnana Wellness & Spirit Center, sebuah institusi penyedia program wellness terintegrasi. Beliau juga seorang CEO Cahaya Sang Timur Kalpareksa Indonesia, sebuah perusahaan penyedia makanan sehat khususnya berbahan dasar sorghum. Selain itu, Johnson juga merupakan anggota Dewan Pembina Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (atau Lamrimnesia). Johnson sering diundang menjadi narasumber ataupun trainer dalam acara yang berkaitan wellness dan spiritualisme. Beberapa contoh kegiatan yang pernah Beliau isi adalah webinar “Borobudur: Situs Ziarah atau Tempat Wisata”, webinar “Mental Health & Mental Resilience dalam Buddhisme”, Retret Buddhis “Berlindung”, bedah buku “Perihal Mahayana, Bodhicitta, dan Latihan Batin (Lo Jong)”, dsb. Beliau juga aktif menulis tentang Buddhisme dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Selain itu, Beliau merupakan seorang penerjemah serta penyunting teks-teks Buddhis. Johnson sendiri telah mempelajari, menekuni, dan mempraktikkan Buddhisme selama 20 tahun lamanya sampai saat ini. Buddhisme yang Johnson pelajari utamanya adalah dari Tradisi Lamrim yang bersumber dari Guru Suwarnadwipa dari Sriwijaya.